Cinta Paling Langka Di Dunia

setipedotcom-advice-phileaadhanti-cintapalinglangkadidunia

Jika kamu menemukannya, saran saya hanya satu: simpan dan jaga baik-baik.

 

"Agape is altruistic love, given because the lover sees it as his [or her] duty to love without expectation of reciprocity. It is gentle, caring, and guided by reason more than emotion" –John Lee, 1977 

Perkenalkan jenis cinta yang paling langka dari kamus percintaan manusia: Agape. Menurut siapa? Menurut Prasinos and Tittler, yang dikatakan pada sebuah pers di Universitas Oxford tentang The Existential Context of Love Styles: An Empirical Study tahun 1984, dan menurut saya (ya, saya menyetujui hal tersebut). Para Agapic, sebutan untuk gen Agape dari para teoretikus, dikatakan sebagai The Selfless Lover. Mereka membuang jauh-jauh kadar keegoisan dalam diri mereka, yang seringkali bahkan mengorbankan kebahagiannya sendiri untuk orang lain. Mustahil terdengar karena pada dasarnya manusia itu egois. Ya betul, tak dapat dipungkiri memang, dan menurut saya pribadi setiap manusia harus tetap menjaga kadar keegoisan dalam diri, tidak boleh dimusnahkan karena itu adalah senjata untuk ‘bertahan’ di dunia ini. Hanya saja, kaum ini memiliki persentase rendah untuk bagian keegoisan. Coba perhatikan sekeliling, lakukan riset kilat. Berapa orang disekitarmu yang memiliki kecenderungan masuk ke tim Agape?

Kamu baru tahu kulitnya, mari kita kupas lebih dalam.

 

Eros + Storge = Agape

Agape adalah perpaduan antara Eros dan Storge.

Eros si raja romantisme, pengagum estetika dan pengagung idealisme, dengan kecenderungan pemberi komitmen tinggi dan mengeksklusifkan emosi dan hasrat, dikatakan oleh duo pakar cinta Hendrick & Hendrick tahun 1986, bahwa, “Gives fully, intensely, and takes risks in love, it requires substantial ego strength". Perhatikan kutipannya. Suatu situasi dimana kita memberikan segalanya secara sungguh-sungguh dan berani mengambil resiko yang berarti siap menerima konsekuensi apapun itu adanya adalah hasil dari kekuatan ego itu sendiri. Tercermin pada diri Romeo dalam kisah Romeo & Juliet atau Anakin Skywalker dalam film Star Wars.

Lalu didukung dengan elemen satu lagi, yaitu Storge, yang menitikberatkan aspek kebersamaan, harmoni, rasa hormat, kesetiaan, dan komitmen pada hubungan. Para Storgic, begitulah kaum Storge disebut, pun memporoskan kehidupannya untuk mencari hubungan jangka panjang. Seperti kisah Harry dan Sally pada film When Harry Met Sally.

Betapa dahsyatnya ketika dua tipe ini digabungkan, bukan? Jadilah sebuah Agape. Yang mengingatkan saya pada sebuah film berjudul One Day. Sebuah cerita akan bagaimana sang karakter perempuan, Emma Morley, begitu sabar akan kelakuan Dexter Mayhew yang tidak bisa berkomitmen, amburadul, tidak pernah decisive dalam hidupnya. Mereka kenal dari semasa kuliah dengan begitu banyak drama yang harus dilalui dan tak dapat dihindari. Mereka tidak pernah menjadi pasangan secara eksklusif, tetapi hubungan antar keduanya bagaikan kekuatan magnet yang selalu menarik objeknya tak luput oleh waktu. Emma yang selalu punya keyakinan teguh menghadapi Dexter akhirnya 23 tahun kemudian terjawab oleh waktu, konklusi dari semua energi yang selalu berkoar-koar menyelimuti mereka. Kekuatan cinta antara mereka memang selalu berat sebelah. Emma yang selalu menimba bebannya dan Dexter yang selalu melihat eksistensi Emma sebelah mata. Tetapi Dexter tahu bahwa Emma adalah sebuah anomali yang selalu menarik perhatiannya. Pada akhirnya mereka bersama, kata universe, hasil dari kekuatan sebuah cinta.

*Klik kata ‘Eros’ & ‘Storge’ untuk mengetahui lebih detil definisi, analogi, dan narasi.

 

Panggil kami, “Agapic.”

Sebuah film berjudul Divergent pernah menggambarkan bagaimana Agape beroperasi dalam kehidupan. Dijelaskan terdapat beberapa fraksi dalam kehidupan manusia, salah satunya fraksi yang percaya akan sikap yang tidak pamrih dalam menjalani kehidupan dari berbagai aspek. Mereka tak pernah perhitungan untuk menyayangi dan menghargai manusia lain. Mereka tidak pernah menyalahkan human error sebagai kegagalan seorang manusia. Menurut mereka human error sangat manusiawi, dan justru mereka membuat human error sebagai pembelajaran hidup. Mereka menerima manusia lain apa adanya dari sifat baik dan buruknya. Mereka tidak pernah menyalahkan manusia lain maupun keadaan. Mereka selalu berpikir positif dan tidak pernah ada rasa dendam atau benci terhadap orang lain meskipun orang tersebut menyakitinya. Letak kebahagiaan mereka justru ketika mereka menolong orang lain. Itulah pelepasan rasa cinta para Agapic. 

 

Pengungkapan rasa cinta ini didasari tak hanya pada luapan rasa emosi tetapi juga diseimbangi oleh logika. Para Agapic tidak bodoh atau dibodohi oleh cinta, tetapi Agapic tahu bahwa tidak ada hal yang paling kuat di dunia ini selain cinta. Apakah kamu seorang Agapic? Atau pernah melihat atau justru tak sadar bahwa selama ini orang yang didekatmu adalah seorang Agapic? Kembali lagi, saran saya hanya satu: simpan dan jaga baik-baik.

Mulai terbayang dengan penguraian tertulis saya? Adakah dari film yang saya sebutkan ada yang belum pernah ditonton? Cari filmnya sekarang, tonton, resapi. Dengan dibantu visual dan imajinasi, manusia cenderung akan lebih menangkap maksud dari sebuah pesan. Dan didukung ini malam minggu, saya membantu kamu memberikan daftar film untuk movie marathon. Pop some corns in your microwave, get a pitcher of coke, and enjoy the night!