#DetektifSETIPE : Ketika Perbedaan Menjadi Jurang Hubungan


Tuhan memang satu, kitanya saja yang tidak seksama.

Dalam kurun waktu satu minggu penuh, SETIPE.COM akan berperan sebagai detektif (anggap saja ini adalah Sherlock Holmes yang sedang mencoba menyelediki kasus percintaan, karena bosan dengan kasus kriminal) karena banyaknya kasus yang belum dipecahkan oleh kalian semua. Banyak yang menganggap, hanya karena kasus percintaan itu berhubungan dengan perasaan, akal sehat perlu ditinggalkan. Salah total. Ingat, usia kita berjalan terus, dan sudah tidak sepantasnya kita berperilaku seperti anak-anak yang baru puber. Mari kita melatih logika untuk bekerja sama dengan perasaan. Bergeraklah dengan matang.

Disclaimer: Detektif hanya bertugas untuk menyelidiki dan memberikan pilihan solusi. Ingat, saya bukan Tuhan atau dewi cinta. Kelanjutan dari hubunganmu itu tergantung oleh restu Tuhan dan usaha dari kalian berdua.

 

Kasus kali ini adalah kasus klasik yang telah menginspirasi banyak sekali lagu. Pernahkah merasakan langsung atau mendengar pengalaman orang yang 'tersentil' ketika mendengar lagu Peri Cintaku dari Marcell? Cerita saya bersinggungan dengan lirik lagu ini. Jujur, saya belum pernah menjalani hubungan beda agama, karena saya menolak repot. Saya juga punya banyak pertanyaan ketika mendengar ada yang terpaksa putus karena beda agama. Salah satunya adalah, “Apakah sebelum berpacaran kalian tidak tahu agama satu sama lain?”

Namun, sebenarnya cara melihat perbedaan agama itu berbeda untuk tiap orang. Ada yang bisa menerima, ada juga yang tidak. Banyak kasus yang dimulai oleh pihak keluarga yang tidak setuju, dan di Indonesia, keluarga masih tetap menjadi salah satu faktor penentu untuk kelanggengan atau kelanjutan sebuah hubungan. 

 

Kasus #3 > Pelaku: Kamu dan X (Nama alias: Gio)

 

Kasus:

Kamu dan Gio telah berpacaran selama lebih dari 5 tahun. Hubungan kalian berkomitmen, dekat dan menyenangkan. Kamu merasa Gio adalah sosok yang kamu cari selama ini. Gio adalah orang yang jujur, pekerja keras, dan pendengar yang luar biasa. Yang paling penting adalah, kalian membuat satu sama lain merasa nyaman. Kalian pun mulai melihat ke arah pernikahan.

Keluarga kalian sudah saling mengenal. Kamu cukup dekat dengan ibunya Gio, dan Gio pun diterima keluargamu dengan cukup baik. Sampai ketika mereka melihat keseriusan dari hubungan kalian, mulailah hujan berisi banyak pertanyaan dan arahan. Keluargamu senang dengan Gio, tetapi hanya akan merestui hubungan kalian kalau Gio setuju untuk pindah ke agama Islam. Keluarga Gio tidak terlalu bermasalah dengan perbedaan agama kalian, kecuali bapaknya, yang merupakan seorang pendeta. Bapaknya mulai mempertanyakan arah hubungan kalian, dan terus mengingatkan Gio untuk mencari pasangan hidup yang seiman.

Sebenarnya, kalian berdua tidak mempedulikan tentang perbedaan agama di antara kalian. Tetapi, sekarang dengan adanya desakan yang mengganggu dari orang-orang tersayang, kalian dipaksa untuk peduli.

 

Analisa:

Nah, nah. Mulailah momen dimana kamu berharap bisa bangun dari mimpi buruk ini. Mimpi buruk yang seharusnya sudah kamu prediksi dari awal. Kamu tentu berharap kalau keluarga akan mengerti dan menerima perbedaan, atau Gio akan mau pindah agama. Tentu hal itu juga nyaris tidak mungkin, mengingat bapaknya yang berprofesi sebagai seorang pendeta. Gio pun cukup taat dalam menjalankan agamanya. Kamu bisa melihat bahwa hubungan kalian mulai bergerak menuju "Jl. Tidak Mungkin Bertahan", bukan "Jl. Sesama" (atau "Sesame St." Saya berharap gurauan kecil saya dapat membuat kamu tidak jadi nangis. Ayo fokus!). Padahal kalian saling sayang dan berkomitmen untuk terus bersama. Sekarang, hubungan kalian mulai goyah. Sekumpulan pertengkaran sepele yang merupakan refleksi dari kekhawatiran kalian pun mulai terjadi. Ingin sekali kamu egois dan minta Gio untuk pindah demi kamu. Tetapi, kamu pun tahu bahwa agama adalah suatu hal personal yang tidak seharusnya di ikut campuri. Namun, orang tuamu pun mulai merongrongmu dengan banyak hal. Mereka ingin kamu menikah dengan yang seiman, karena mereka percaya bahwa suami adalah iman dari rumah tangga. Kamu hanya ingin bersama Gio, tetapi kamu tidak ingin mengecewakan orang tuamu.

 

Solusi (pilihan ganda):

1. Jalani sampai mentok

Kalian berdua masih bingung. Tidak ingin putus, tetapi tidak tahu juga harus berbuat apa agar keluarga memberi restu. Karena kedua pihak belum mampu (atau mau) membuat keputusan, ya mengapa tidak melakukan langkah klasik, yaitu menjalaninya sambil tetap berpikir positif? Langkah ini cukup beresiko, karena belum tentu ujung dari perjalanan ini adalah restu dan kebahagiaan. Bisa juga, ya ujung-ujungnya kalian harus putus. Who knows what happens next?

2. Cari tahu apa prioritas

Kalian ingin tetap bersama, tetapi tidak tahu harus berbuat apa dengan perbedaan agama. Pertanyaan terbesarnya adalah, lebih penting yang mana, agama atau bersama? Saya mengerti, pertanyaan itu cukup mengejutkan. Jangan melotot dulu. Diskusikan baik-baik. Apakah kalian berdua percaya bahwa kalian harus menganut agama yang sama? Kalau iya, apa alasannya? Apa karena kalian berdua menganggap agama memang sepenting itu, atau karena syarat ‘administrasi’ demi restu keluarga? (Ya, mungkin solusi yang kedua ini akan memancing banyak reaksi. Ingat, ini hanya salah satu pilihan). Bicarakanlah dengan serius, demi mencari tahu langkah apa yang terbaik untuk kalian berdua. Apabila kalian komit untuk menjalani hubungan beda agama, maka kalian harus benar-benar siap dengan segala konsekuensi. Kalian harus sangat yakin dengan keputusan ini, agar bisa memberikan penjelasan rasional pada orang-orang terdekat.

3. Berhenti berenang sebelum tenggelam

Ya, pilihan yang ketiga adalah untuk putus. Kamu takut hubungan kalian akan terus mengambang tanpa tujuan, dan semakin lama kalian menjalaninya, mungkin akan semakin sulit untuk melepaskan satu sama lain. Apalagi, kalian sangat sayang dengan orang tua dan tidak ingin membantah mereka. Jadi, mungkin putus adalah jawabannya. Lebih baik sakit hati di awal, dibanding harus merasakan akhir yang sangat pahit. Apabila kamu dan Gio yakin untuk putus, bersiaplah dengan kemungkinan sakit hati yang berkepanjangan. Jangan ditunda-tunda putusnya. Tapi tenang saja, saya percaya sakit hati itu akan sembuh, walaupun yang menentukan kapannya adalah kamu sendiri.

 

Harus diakui, kasus hari ini cukup menantang. Seperti mencoba mengupas durian dengan pisau mainan. Tetapi, apa sih yang tidak menantang ketika keinginan terbentur dengan kenyataan?

 

Selamat memilih, dan saya doakan yang terbaik untuk kalian.

I believe that love will always find a way to live, but it doesn’t care about your expectations.