Hati-Hati Dengan Hasrat dan Gairah

Karena nama tengah kita bukan ‘vampir’

 

Mari mengidentifikasi ‘warna’ cinta! Tim SETIPE ingin mewakili Bapak John Lee, yang bercerita dalam bukunya ‘Colors of Love’ tahun 1973, untuk membuat ‘manusia modern’ paham warna cinta apa yang menyelimuti mereka. Setiap individu, sadar atau tanpa sadar, memiliki cara tersendiri dalam melihat, memahami dan menjalankan hubungan. Shall we start?

 

“Don’t you see the butterflies on our tummies?”

 

Oh, Eros!

Eros, sebuah nama yang selalu dilambangkan dengan busur, panah, lilin, hati, & sayap. Siapakah Eros? Apakah Eros adalah sebuah terminologi atau karakter? Mari kita telusuri: Sejarah mitologi Yunani Kuno mengenal Eros sebagai Greek God of Love, yang mengagungkan estetika, terimplikasi dari cara pandang Eros yang mengacu pada hasrat ketika melihat sebuah objek. Sejarah para Roman mengenal Eros sebagai pelopor Renaissance Cupid, simbol dari kegairahan seksual, daya tarik, kasih sayang, dan erotisme. Lalu dari sejarah tersebut dikembangkan oleh para pemikir dari masa ke masa akhirnya Eros menjadi sebuah terminologi yang menitikberatkan cinta yang menggebu-gebu (baca: istilah masa kini).

Tumbuh Kembang Eros (Anggap saja Eros sebuah tanaman rambat)

Eros berkembang seperti tanaman rambat yang menjalar kemana-mana. Kisah Eros tidak termakan oleh waktu. Eros kemudian diteliti lebih jauh oleh duo Clyde Hendrick dan Susan Hendrick dari Texas Tech University tahun 1980-an. Akhirnya Eros dapat dikatakan menjadi bagian dari ‘tipe’ cinta. Para penganut tipe cinta ini, menurut duo Hendrick, lebih berfokus pada keindahan dan daya tarik fisik, bahkan terkadang faktor-faktor lain untuk menjaga kekuatan keberlangsungan hubungan cenderung mereka kesampingkan. Bukan masalah logika atau emosi yang berbicara, tetapi masalah prioritas para Eros-ian. Ya, bisa dikatakan mereka ‘hidup’ di dunia fantasi. Mereka cenderung memiliki pemahaman yang sangat ideal akan cinta dan keindahan, sehingga saking idealnya, terkadang justru tidak realistis.

Magnet Eros

Jenis cinta seperti ini biasanya sering terjadi di tahap awal hubungan asmara. Semua pasti setuju kan, di awal masa-masa pacaran dimana semua terasa indah, tiada hari tanpa mikirin pacar, bahkan kalau nggak ketemu sehari aja rasanya kayak nggak ketemu seabad. Fase awal ini menjelaskan tahap dimana kita masih ‘tergila-gila’ dengan pasangan, sehingga muncul perasaan untuk selalu ingin bersama dan rasanya pacar kita itu orang paling menarik yang hidup di muka bumi ini.

Sebuah Kisah Seputar Eros

Agar lebih mudah dipahami, mari kita simak kisah Tania dan Sandi berikut.

Tania dan Sandi adalah sepasang kekasih yang baru 2 minggu jadian. Layaknya pasangan lain yang tengah dimabuk asmara, mereka pun merasakan euphoria yang luar biasa di masa –masa awal hubungan ini. Setiap hari mereka selalu menyempatkan waktu untuk bertemu, meskipun letak kampus keduanya cukup berjauhan. Saking seringnya bertemu, mereka bahkan rela mengorbankan waktu kumpul bersama dengan sahabat mereka yang tadinya sering mereka lakukan sebelum pacaran. Akibatnya ya tentu saja, sahabat mereka mulai mencibir kalau mereka ‘lupa’ dengan teman-temannya.

Ketika bertemu pun, mereka terlihat lengket sekali. Mereka bahkan tak segan untuk melakukan kontak fisik seperti membelai, merangkul, dan berpelukan secara intens. Sampai terkadang orang-orang di sekeliling mereka menjadi risih. Tak jarang teman-teman mereka melabeli pasangan ini dengan PDA (Public Display of Affection). Kebayang kan, bagaimana lengketnya pasangan ini?

Apa yang dialami oleh Tania dan Sandi sebenarnya merupakan hal yang wajar. Dalam hal ini, mereka tidak sendirian. Banyak pasangan yang menunjukkan ‘gejala’ sama di fase-fase awal hubungan (saya pribadi menyebutnya ‘Honeymoon Phase’). Yang menjadi perbedaan dengan tipe cinta yang lain adalah ketika mereka mulai memasuki fase berikutnya, dimana mereka sudah mulai terbiasa terhadap satu sama lain dan semua hal yang mereka lakukan bersama sudah terasa seperti rutinitas. Biasanya untuk tipe lain, fase ini mulai menunjukkan rasa ‘bosan’ terhadap pasangan masing-masing sehingga kontak fisik dan frekuensi bertemu mereka pun mulai berkurang intensitasnya. Namun, bagi penganut Eros sejati, fase ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap keintiman mereka. Meskipun sudah berpacaran cukup lama dan sudah terlalu mengenal pasangan masing-masing, selama kedua belah pihak masih menawarkan ‘keindahan’ fisik, kekuatan magnet diantara keduanya tidak akan memudar.

Apakah ilustrasi diatas sangat menggambarkan dirimu dan pasangan? Jika iya, saya akan katakan selamat dengan menaruh post-it berwarna kuning stabilo di kening kalian berdua bertuliskan: “Selamat! Tapi...” Mengapa ada ‘tapi’? Karena keindahan fisik itu tidak abadi (kecuali kamu adalah vampir). Perlu saya jelaskan lebih jauh mengapa? Saya rasa kamu sudah tahu apa kesimpulannya. Kamu sudah dewasa, kan?

 

Kamu merasa bukan tim Eros? (Tenang, ini tidak ada hubungannya dengan Tim Edward atau Tim Jacob). Hmm.. mungkin warna cinta kamu adalah Pragma, yang akan diulas esok hari. Pastikan intip SETIPE.COM 24 jam dari sekarang.