(Sambil Menepuk Pundak), “Jangan Bosan Dengan Kata Cinta!”


Karena kamu tahu tidak ada yang dapat kabur dari cinta

Seperti yang kita ketahui (atau pura-pura tidak mengetahui), cinta datang tanpa petunjuk dan bantuan customer service. Cinta adalah makhluk aneh yang tidak bisa dijelaskan asal mula, keberadaan, dan tujuannya. Terkadang kita mendapati diri kita bertanya kepada cinta, “Siapa kamu, dan apa maumu?” Namun banyak juga yang bilang kalau cinta itu tidak untuk dimengerti, tapi untuk dirasakan. Tetapi, kata siapa cinta itu hanya untuk dirasakan? Nah, mari minggu ini kita mencoba mengerti cinta secara objektif. Ayo kenakan jas lab, pakai kacamatamu, dan mari kita kupas habis si makhluk aneh!

 

Mari kita berbicara tentang bahasa cinta! Wahai para pujangga yang terbelenggu rasa yang meluap di dalam dada – oh wait, nampaknya kita harus meluruskan dulu apa itu definisi dari ‘bahasa cinta’. Who has time for love? Jika mempelajari bahasa cinta mengharuskan kita untuk selalu membuka kamus dan selalu browsing untuk puisi indah atau lagu yang menyentuh hati, mungkin 90% hubungan di dunia ini akan berakhir sebelum sempat dimulai.

Hari ini saya akan membantu mengupas bahasa cinta versi Gary Chapman. Bahasa yang dapat kita gunakan setiap harinya, yang tidak hanya terbatas pada kata-kata yang diucapkan, tapi juga dari pelukan, dari pemberian kado kecil, atau bahkan dari bantuan ngepel (iya, kamu nggak salah baca kok! Ngepel pun butuh rasa cinta). Karena setiap orang membutuhkan pendekatan yang berbeda, dan mengerti bagaimana cara komunikasi dengan pasangan adalah salah satu hal penting yang harus dipelajari.


1. Words of Affirmation

Tim SETIPE menantangmu untuk: Latihan bilang “Terima Kasih” dari hati (Garis bawahi ‘Dari Hati’).
‘Makasih ya sudah nganterin aku pulang.’ Mungkin terdengar aneh kalau sudah bertahun-tahun pacaran, namun menunjukkan apresiasi dengan kata-kata tetap menjadi cara paling tepat untuk sebagian orang dalam berkomunikasi. Kata ‘terima kasih’ memang sering kali kita gunakan, tetapi berapa kali kamu benar-benar mengucapkannya dari hati? (Kalau kamu sekarang tersedak, saya tidak terkejut kok). Tidak harus berlaku seperti ke seorang bos besar sih dimana kita sedikit-sedikit mengucapkan terima kasih, namun pengakuan atas apa yang ia lakukan buat kamu membuatnya merasa dihargai. Dan tahukah kamu kalau itu ‘menular’? Cepat atau lambat kamu akan kena efek baiknya. Berani taruhan?


2. Quality Time

Tim SETIPE menantangmu untuk: Saling tatap mata tanpa distraksi selama 10 menit.
Di jaman digital yang kian lama membuat attention span kita semakin pendek. Untuk memberi perhatian penuh tanpa gangguan merupakan sesuatu yang langka. Coba tantang diri untuk saling menatap mata pasangan kamu dengan menaruh handphone tepat disebelah kalian. Set stopwatch selama 30 menit. Hitung berapa kali kamu atau pasangan kamu mencoba untuk mengintip handphone. Walaupun gerakan ‘mengintip’ handphone itu sudah merupakan hal biasa saat ini, tetapi tanpa kalian sadari terjadi pengurangan keintiman. Saya tahu kamu setuju. Sesekali memenjarakan diri di dalam kepompong tidak ada salahnya, kan?


3. Receiving Gifts

Tim SETIPE menantangmu untuk: Menyisihkan 5-10% uangmu untuk ‘hadiah’.
Tunggu, jangan sinis dulu! Memberi dan menerima adalah hal penting bagi orang-orang yang berkomunikasi lewat gifts. Gifts disini tidak selamanya harus kado yang mahal atau yang signifikan, sekedar kartu ucapan yang ditulis tangan (sesimpel kertas A4 kamu lipat 4 kalau kamu segitu pemalasnya) atau cokelat favorit (sesimpel kamu usaha pergi sebentar ke minimarket) yang diselipkan di tas secara diam-diam sudah memberi arti tersendiri. Bagi mereka yang berkomunikasi melalui gifts, pemberian-pemberian ini merupakan bukti nyata perhatian yang akan sangat mereka hargai. Hal yang paling mudah untuk mengetahui efeknya adalah dengan membelikan dirimu sendiri. Beli barang yang kamu suka, lalu berikan ke dirimu sendiri, dan katakan, “Terima kasih, (Nama Kamu)!” Lihat apa hasilnya.


4. Acts of Service

Tim SETIPE menantangmu untuk: Memberikan Jasa Layanan Pribadi.
Tidak selamanya kata-kata ‘I love you’ yang disampaikan itu dimengerti. Kalimat itu harus melewati berbagai frekuensi yang tidak ada garansi sinyalnya kuat (kali ini kamu tidak dapat mengandalkan providermu). Bagi mereka yang mementingkan Acts of Service, wahai kalian, ketahuilah bahwa ‘action speaks louder than words’. Perhatian yang dicurahkan melalui gerakan akan membantu membuat hidup mereka lebih mudah (atau paling tidak menghemat luapan suara) akan meninggalkan kesan yang lebih dalam. Bertanya ‘ada yang bisa aku bantu?’ dapat menjadi langkah pertama mendekatkan diri dan lebih tahu apa yang mereka mau. Tapi ingat, jika kamu sudah bertanya, kamu harus lakukan apa yang ia minta!


5. Physical Touch

Tim SETIPE menantangmu untuk: Melestarikan sentuhan!
Sebelum dapat berkomunikasi melalui kata-kata, kita semua belajar mengenal affection dari sentuhan. Belaian lembut tangan orang tua di kening dapat dalam sekejap membuat seorang bayi berhenti menangis. Percayalah itu dapat berlaku sampai kamu dewasa. Ya, bagi beberapa orang, cara komunikasi tersebut terus menjadi acuan mereka dalam berkomunikasi sampai tua. Mereka tidak perlu digandeng setiap saat, namun tepukan di pundak atau sekedar bersandar sesaat sudah cukup untuk memastikan kalau kamu peduli terhadap dia.

Mempelajari cara berkomunikasi yang paling cocok tidak akan memakan waktu lama. Cukup dengan mengingat kembali apa yang selama ini kamu sukai, akan segera terlihat pola dalam hubungan-hubungan yang sudah berlalu, baik dengan teman, keluarga, ataupun pasangan. (Ya, karena saya sesungguhnya tahu kamu butuh latihan itu)


Dengan mengerti bagaimana kamu sendiri berkomunikasi, masalah dan miskomunikasi dapat dihindari. Dengan mengerti bagaimana cara pasangan kamu berkomunikasi, maka kamu dapat menyampaikan sesungguhnya perasaan kamu terhadapnya. Kami tantang kamu untuk usaha pelestarian hubungan ini! Kami tahu kamu tertantang.