The Just-Feel-It-Ship

setipedotcom-advice-phileaadhanti-thejustfeelitship

Memahami makna ‘relationship’ seperti memahami desiran angin.

 

“The term of a good relationship to me is when I can talk mind to mind with someone. It’s not just about the romance, the physical touch, the hugs, and kisses, but it’s much deeper than that. The bond, the knowing each other, the randomness that blends into one. Good relationship isn’t about the length of how long we’ve been seeing each other, but the depth, the meaning of the relationship itself. The good relationship is also when the differences of two heads can walk into the same path, when there’s no force to fit a circle into square, the square into triangle. My favorite part would be when both of 'us' sitting in silence, no words come out but we feel alright and safe there, just because we’re together. And to me, I love to call this particular person as my friend of life. It does express and explain everything about the good in relationship, my dear good friend.” - Kanishka Andhina

Sesaat setelah kata terakhir terucap, yang terdengar hanya suara angin berhembus. Saya tertegun sejenak. Mungkin dua-jenak. Hingga raga saya dipaksa kembali menginjak bumi dan organ disekujur tubuh dapat berfungsi kembali. Saya memperhatikan dengan seksama setiap kata yang terucap dan ada kalanya penggalan dari beberapa kata menjebak saya pada ruang aksentuasi.

Tunggu. Saya dimana sekarang? (momen kembali ke realita)

Perjalanan memaknai arti ‘relationship’ seperti berusaha memahami angin. Angin tidak dapat dilihat, tidak dapat disentuh, tidak dapat diraba. Hanya dapat dirasakan. ‘Relationship’ bagaikan benda abstrak yang bahkan jika ditanya untuk mendeskripsikan dirinya, “Tell me about yourself?” dia tidak dapat menjawab. ‘Relationship’ tidak seperti ‘-ship’ lainnya. ‘Relationship’ adalah benda yang unik. Eksistensi benda ini terhadap manusia dapat menimbulkan efek yang kontradiktif; kebahagiaan juga kegelisahan, keberanian juga ketakutan.

Pernyataan Kanishka Andhina mengenai ‘relationship’ membuat saya terhenyak. Penjabarannya membuat benda ini memiliki sebuah estetika. Lantas mengapa selama ini rasa ‘kegelisahan’ dan ‘ketakutan’ itu timbul ketika memandang benda ini? Memang dia salah apa sampai harus menjadi benda yang mengerikan? Mungkin selama ini cara pandang kita terhadap ‘relationship’ hanya didominasi dari kacamata berlensa ‘logika’. Mungkin saatnya kita mengganti setengah bagian menjadi lensa ‘seniman’ sehingga kita dapat menikmati keindahannya.

Saya kagum akan bagaimana otak bereaksi ketika bersentuhan dengan rasa. Hari ini saya ingin mencoba membiarkan selusin area didalam otak bersatu untuk melepaskan oxytocin, dopamine, dan adrenaline dalam rangka menciptakan zat kimia ‘bahagia’.

Tulisan ini mungkin memiliki kecenderungan absurd atau kurang praktis untuk sebagian orang. Tetapi memang seperti itulah 'relationship'. Tidak dapat dijelaskan, illogical, dan memancing banyak pertanyaan. Mari kita biarkan logika beristirahat sejenak, dan hati kecil bermain sesukanya.

Sebentar saja.

Saya tahu hati kecilmu ingin mencoba.


Terima kasih untuk buah pikirannya, @kanshkas.