#DetektifSETIPE : Sahabat – Lebih – Panik

setipedotcom-advice-marshahabib-sahabat-lebih-panik

Terkadang perasaan datang tanpa minta izin dengan persahabatanmu

 

Dalam kurun waktu satu minggu penuh, SETIPE.COM akan berperan sebagai detektif (anggap saja ini adalah Sherlock Holmes yang sedang mencoba menyelediki kasus percintaan, karena bosan dengan kasus kriminal) karena banyaknya kasus yang belum dipecahkan oleh kalian semua. Banyak yang menganggap, hanya karena kasus percintaan itu berhubungan dengan perasaan, akal sehat perlu ditinggalkan. Salah total. Ingat, usia kita berjalan terus, dan sudah tidak sepantasnya kita berperilaku seperti anak-anak yang baru puber. Mari kita melatih logika untuk bekerja sama dengan perasaan. Bergeraklah dengan matang.

Disclaimer: Detektif hanya bertugas untuk menyelidiki dan memberikan pilihan solusi. Ingat, saya bukan Tuhan atau dewi cinta. Kelanjutan dari hubunganmu itu tergantung oleh restu Tuhan dan usaha dari kalian berdua.

 

Pernahkah kamu memperhatikan, di saat kita membiarkan kepanikan dan kekhawatiran memasuki diri kita, dunia akan terlihat penuh dengan kata ‘jangan’.

Jangan makan soto ayam kalau sedang pakai baju putih, nanti bisa tumpah dan nodanya susah hilang.

Jangan menyetir sambil menutup mata, nanti bisa tabrakan (ya iyalah).

Jangan menjawab ketika ditanya berapa pin ATM-mu oleh orang asing (ya iyalah part 2)

 

Jangan + sebuah kegiatan = nanti + hal yang tidak diinginkan

 

Format ‘antisipatif’ di atas bisa juga diterapkan ketika kamu dihadapkan dengan perasaanmu untuk sahabatmu sendiri. Kalau kata banyak orang, jangan pacaran sama sahabat, nanti akan kehilangan dia selamanya.

Tunggu sebentar. Memang akan ada orang yang tinggal bersamamu selamanya selain dirimu sendiri?

 

Kasus#4 > Pelaku: Kamu, Rasa Takut dan X (Nama alias: Bella)

Kasus:

Kamu dan Bella sudah bersahabat cukup lama. Sebagai perempuan, Bella cukup ‘bebas drama’ dan bisa mengerti cara pikirmu sebagai laki-laki. Tak jarang, kamu menelepon Bella ketika ingin didengar dan merasa dimengerti. Ya, karena, kamu merasa lebih nyaman kalau curhat dengan perempuan. Bella mengetahui hampir semua rahasiamu dan membuatmu merasa nyaman menjadi diri sendiri.

Biar pun kalian dekat sekali, tentu semua ada batasnya. Misalnya, ketika kamu sedang berpacaran, ya tentu kamu jarang berhubungan dengan Bella, karena tidak mau membuat pacarmu cemburu. Tetapi ujung-ujungnya, kamu akan mencari Bella ketika berantem dengan pacarmu. Atau ada masalah di kantor, atau ketika kamu mencari ‘rumah’.

Pernah beberapa kali, di saat kamu mulai capek menghadapi perempuan-perempuan yang menurutmu terlalu drama queen dan banyak menuntut, nama Bella muncul di kepalamu. Kamu tahu, hubunganmu dengan Bella tidak akan melelahkan seperti hubunganmu dengan beberapa mantanmu. Bella bukan seperti mereka. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba kamu merasakan perasaan yang ‘lain’ terhadap Bella. Kamu mulai menganggap dia lebih dari sahabatmu. Hubungan kalian menjadi intens, dan perasaan nyaman yang kamu rasakan saat dengannya itu membuatmu gila secara perlahan. Semakin sering kamu menghabiskan waktu dengan Bella, semakin kuatlah perasaan itu. Kamu sedang memasuki zona berbahaya dari suatu persahabatan.

 

Analisa:

Di satu sisi, kamu senang karena merasa telah menemukan orang yang (bisa jadi) tepat untukmu. Bayangkan, jatuh cinta dengan orang yang bisa membuat kita nyaman untuk menjadi diri sendiri. Hal seperti ini tidak sering terjadi, lho.

Akan tetapi…ketakutanmu juga tidak kalah kuatnya. Kamu tidak ingin merusak persahabatanmu dengan Bella. Sejumlah “Bagaimana kalau…” menghantui pikiranmu. Bagaimana kalau Bella jadi menjauh kalau dia tahu kamu ada rasa dengannya? Bagaimana kalau misalnya pun Bella juga merasakan hal yang sama, hubungan kalian tidak akan bertahan lama? Bagaimana kalau kalian putus dan Bella hilang selamanya? Bagaimana kalau kalian ditakdirkan hanya untuk menjadi sahabat? Bagaimana, bagaimana, bagaimana?

Andaikan kamu diizinkan untuk menjadi manusia paling egois di dunia ini, kamu akan memilih agar Bella bisa kamu ‘simpan’ sampai kamu benar-benar siap dan yakin. Tetapi sayangnya, Bella bukan uang atau buku yang bisa diam saja kalau disekap di suatu kotak tanpa tujuan.

Kamu merasa bila menjalani hubungan dengan sahabatmu sendiri, bebanmu terasa lebih berat karena kamu tidak boleh menggagalkan hubungan ini. Risikonya lebih besar kalau kamu mengacaukannya, karena dia bukan hanya sekedar perempuan. Dia adalah salah satu perempuan paling penting di hidupmu, selain ibu, saudara kandungmu, dan Emma Stone.

 

Solusi (pilihan ganda):

1. Jangan takut mengaku takut

Ingat, dia adalah sahabatmu, bukan orang-orang yang akan menyakiti egomu. Bersikaplah terbuka akan perasaanmu. Ceritakan juga ketakutan-ketakutanmu mengenai hal ini. Siapa tahu, reaksinya dia akan membuatmu lebih berani (atau mungkin lebih takut).

2. Kubur dalam-dalam

Ya, kalau memang kamu sama sekali tidak yakin, lebih baik kamu diam saja. Kubur perasaanmu dalam-dalam sampai kamu sudah berani menghadapi konsekuensinya. Jangan menjadi orang yang setengah-setengah, apalagi kalau yang kamu hadapi adalah orang yang penting untukmu.

3. Serbu!

Oke, mungkin bukan serbu secara agresif, ya. Tetapi, kamu juga bisa memilih untuk mengikuti perasaanmu. Akuilah kepadanya, ekspresikan apa yang kamu rasakan. Pecat rasa takutmu, karena ya, tidak ada tahu apa yang akan terjadi di masa depan, bukan? Selama kamu jujur, berani dan berniat untuk mengambil resiko, mengapa tidak?

 

Semua hubungan itu memiliki resikonya masing-masing. Ingat, tidak ada yang bisa memprediksi hari esok. Jangan biarkan rasa takut menjadikanmu sok tahu, seakan-akan kamu sudah tahu apa yang akan terjadi bila kamu menjalani sesuatu. Selamat mencoba!