#PasanganSuksesSETIPE: Hengki + Giska

“Hati tidak bisa ditipu dengan harta, tahta, atau jabatan. Hati butuh kenyamanan."

Giska (24) bingung ketika ia tak melihat Hengki (28) di Mushala Blok M Plaza, Jakarta Selatan. Beberapa menit sebelumnya, pria yang ia kenal lewat online dating Setipe itu mengatakan dirinya berada di Mushala. Tak adanya Hengki membuat keraguan Giska kembali muncul, ia memang sangat berhati-hati menggunakan online dating.

Keraguan Giska langsung purna ketika Hengki muncul di hadapannya. Ternyata ia keliru menangkap pesan Hengki, ia mengatakan dari Mushala akan naik ke lobby untuk menemuinya. Giska malah pergi ke Mushala, tempat yang kemudian mengubah perjalanan hidup keduanya.

Cerita pertemuan mereka bermula ketika Hengki menonton Setipe saat menjadi tamu dalam acara 360 di Metro TV. Ia langsung mendaftar menggunakan telefon pintarnya setelah menyaksikan acara itu.

Tujuannya daftar Setipe jelas: mencari pasangan hidup yang serius.

“Keluarga juga sudah tanya-tanya, kapan kawin?” kisah Hengki.

Ia bahkan sudah beberapa kali mencoba online dating sebelum Setipe. Satu hal yang membuatnya merasa nyaman menggunakan Setipe adalah adanya tes kepribadian. “Tes kepribadiannya detail dan panjang, justru bagus karena yang mengisi pasti orang-orang yang memang serius,” jelasnya.

Dugaan Hengki nyatanya benar, tiga bulan sebelum ia mendaftar di Setipe tepatnya pada November 2014, seorang perempuan juga mendaftar untuk mencari pasangan yang serius. Perempuan itulah yang kelak bertemu dengannya di Mushala Blok M Plaza, perempuan itu Giska.

Hengki bukan laki-laki pertama yang Giska temui setelah menjadi pengguna Setipe. Secara hitungan match score laki-laki yang ia temui sebelum Hengki boleh lebih tinggi skornya, tapi hati Giska punya hitungannya sendiri.

“Beberapa bahkan lebih mapan dari Hengki. Tapi kemapanan memang tidak bisa menentukan cinta,” kata Giska.

Hari itu pun datang, hari ketika Hengki dan Giska menjadi match di Setipe. Hengki berinisiatif memulai obrolan terlebih dahulu. Seminggu mereka mengobrol hangat secara online, sampai Hengki berinisiatif untuk mengubah obrolan dunia maya ke dunia nyata.

Giska meminta bertemu di tempat ramai karena ini pertemuan awal mereka. Mereka kemudian bertatap muka pertama di Blok M Plaza, Jakarta Selatan. Berawal dari keraguan yang Giska dapatkan justru keakraban.

"Rasanya kayak sudah kenal lama sama Hengki pas ngobrol," kenang Giska.

Tak perlu waktu lama bagi Hengki dan Giska untuk memulai perjalanan ke tahap yang lebih serius. Sehari setelah pertemuan tersebut Hengki bertanya tentang arah hubungan mereka. Keduanya berkomitmen untuk serius. “Hari itu kami jadian,” kenang Giska.

Jadian bukan berarti tanda lancarnya perjalanan. Tantangan datang ketika Hengki mendapat tawaran kerja yang ia tunggu-tunggu. Kedengarannya tentu menyenangkan, sayangnya jika Hengki mengambil kesempatan itu konsekuensinya ia harus berpindah-pindah kota selama enam bulan. Jika kesempatan itu ia ambil berarti ia harus menunda hubungan ke tahap yang lebih serius dengan Giska.

“Saya saat itu berada pada posisi yang membuat harus memilih: mengambil kesempatan kerja yang saya impikan atau menikah dengan perempuan idaman saya, Giska," urai Hengki.

Setelah berpikir masak-masak Hengki memilih untuk melanjutkan perjalanan ke pelaminan, alasannya sederhana, “Buat saya cinta adalah soal kepercayaan dan keseriusan.”

Hengki dan Giska akhirnya menyempurnakan perjalanan cinta mereka dengan naik ke pelaminan pada 25 Juli 2015.

Bagi banyak orang keputusan Hengki melepas pekerjaan idaman mungkin sedikit tak punya dasar logika, tapi waktu telah menjawab bahwa keputusannya menikah tepat. Di tengah jalan Hengki mendengar kabar bahwa proyek pekerjaan yang tidak jadi ia terima tak berjalan dengan baik, proyek itu gagal.

Kini, Hengki dan Giska telah hidup bahagia. Berawal dari sebuah obrolan sederhana di Setipe, berlanjut pertemuan di Mushala, dan kini membangun keluarga. Perjalanan cinta mereka tak selalu mulus, tapi kepercayaan dan komitmenlah yang membuat mereka bisa mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

“Hati tidak bisa ditipu dengan harta, tahta, atau jabatan. Hati butuh kenyamanan,” jelas Giska mengenang perjalanannya mengenal sang suami.

Giska dan Hengki secara tidak langsung telah memberi pesan pada kita bahwa cinta adalah sebuah perjalanan panjang penuh tantangan. Perjalanan setiap pasangan tentu berbeda-beda. Satu yang sama adalah keberanian untuk memulainya. Beranikah kamu memulai perjalanan cinta seperti Giska dan Hengki? Langkah pertama perjalanan panjangmu bisa kamu mulai di sini!