Cara Mengatur Ekspektasi menjadi Motivasi

Anggap saja kamu sedang menyetel sebuah robot

 

“If I accept you as you are, I will make you worse; however if I treat you as though you are what you are capable of becoming, I help you become that.” —JOHANN WOLFGANG VON GOETHE

Apakah kamu percaya akan kekuatan sugesti? Tenang, saya tidak sedang ingin menghipnotis kalian, kok. Sugesti yang saya maksud disini adalah yang ada kaitannya dengan cara kita berekspektasi atau menyikapi ekspektasi orang lain terhadap kita. Setelah membaca artikel ini, kalian akan mengetahui kekuatan besar di balik kata SUGESTI.

Mari membahas tentang The Rule of Expectations, teori yang menyatakan bahwa ekspektasi dapat digunakan untuk memengaruhi realita dan menciptakan hasil tertentu. Manusia memiliki kecenderungan untuk membuat keputusan berdasarkan ekspektasi orang lain terhadap dirinya. Akibatnya, kita selalu memenuhi ekspektasi tersebut terlepas apakah itu positif atau negatif. Ekspektasi dari orang-orang yang kita percaya dan hormati tentu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap diri kita. Namun menariknya, ternyata ekspektasi dari orang asing dampaknya bahkan bisa lebih besar. Ketika kita menyadari bahwa seseorang memiliki ekspektasi khusus pada kita, maka kita akan berusaha untuk memuaskan ekspektasinya agar bisa mendapatkan respect ataupun rasa suka dari orang tersebut.

Jadi intinya, manusia akan cenderung melakukan hal-hal seperti apa yang diekspektasikan kepadanya. Di sinilah kekuatan sugesti tampak jelas terlihat. Jika orang lain mengekspektasikan kita untuk menjadi seseorang yang mandiri dan tidak bergantung pada siapapun, maka kita akan tersugesti untuk menjadi pribadi yang demikian. Begitu pun sebaliknya, jika kita diekspektasikan untuk menjadi seseorang yang kurang percaya diri, maka pola pikir dan perilaku kita akan terbentuk seperti itu.

Sekarang kamu mengerti, kan, mengapa saya menyebut ‘sugesti’ sebagai sebuah kekuatan? Karena memang dampak yang ditimbulkan bisa begitu besar dan berpengaruh terhadap cara pandang dan perilaku kita. Sugesti kita dalam memaknai ekspektasi dapat menjadi dorongan untuk berkembang atau malah mengalami kemunduran. Kunci dalam mengatasi permasalahan ekspektasi ini adalah dengan ‘memanipulasi’ sugesti. Coba perhatikan beberapa contoh berikut:

1. Expectations is literally self-fulfilling prophecy

Ekspektasi yang kita miliki seringkali dipengaruhi oleh asumsi kita terhadap sesuatu.

Contoh: Mari besnoltagia ke masa-masa kita sekolah dulu dimana guru kita seringkali memberi ‘label’ pada anak-anak yang rajin dan pintar dan juga pada anak-anak yang ‘malas’. ‘Label’ yang diberikan oleh guru kita tersebut merupakan sebuah ekspektasi yang ditanamkan kepada murid-murid. Dan biasanya, setiap anak yang diberi ‘label’ tertentu akan berperilaku mengikuti ‘labelnya’.

Penjelasan: Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sudah ‘nature’ manusia untuk selalu memenuhi ekspektasi yang diberikan kepadanya, entah itu positif maupun negatif.

2. First Impression Expectations

Sebelum mengenal seseorang biasanya kita memiliki asumsi tersendiri terhadap orang tersebut. Entah asumsi bahwa orang itu adalah orang yang menyenangkan ataupun menyebalkan. Asumsi awal kita terhadap orang tersebut biasanya masih dipengaruhi oleh faktor opini kita yang sangat subjektif.

Contoh: Ada seseorang yang sering sekali kamu lihat wara-wiri di kampus. Meskipun tidak mengenalnya secara personal, tapi kamu memiliki asumsi tersendiri terhadap orang ini. Kamu menganggap dia sebagai seseorang yang ramah karena dalam keseharian kamu melihat pembawaannya yang selalu tampil ceria. Saat akhirnya salah satu temanmu memperkenalkanmu dengan orang tersebut, kamu pun mempersepsikannya sebagai orang yang ramah mengikuti asumsi awalmu.

Penjelasan: Terlepas dari sifatnya yang subjektif, asumsi awal kita selalu berperan dominan dalam cara kita mempersepsikan dan bersikap terhadap seseorang. Perilaku kita akan cenderung mengikuti asumsi yang kita miliki.

3. Presupposition

Presupposition atau prasangka biasanya digunakan sebagai tehnik untuk ‘mengelabui’ seseorang melalui kata-kata dan bahasa sehingga tercipta asumsi yang membuat orang tersebut secara tidak sadar mengikuti apa yang kita inginkan.

Contoh: Laki-laki yang sedang PDKT dengan gebetannya biasanya akan bertanya, “Sabtu ini kita mau jalan kemana ya?”

Penjelasan: Si laki-laki ‘memanipulasi’ pikiran gebetannya seolah-olah diantara mereka memang sudah ada kesepakatan bahwa hari Sabtu ini mereka akan pergi, meskipun tidak ada pembicaraan mengenai hal itu sebelumnya.

4. Reputation Expectations

Orang-orang akan cenderung untuk menuruti apa yang kita inginkan dari mereka jika sebelumnya kita memberikan ‘reputasi’ kepada mereka.

Contoh: Sahabatmu ingin meminta bantuanmu untuk membuatkan design undangan pernikahannya padamu dengan berkata, “Cuma elo satu-satunya orang yang bisa gue andalkan kalo urusan design undangan kayak gini.”

Penjelasan: ‘Reputasi’ yang diberikan oleh temanmu bahwa kamu adalah seseorang yang sangat ‘jago’ men-design pun akhirnya menjadi sugesti di kepalamu bahwa kamu memang harus bisa membuat design sebaik yang temanmu katakan. Dan kamu secara tidak sadar memenuhi keinginan temanmu tersebut.

5. Time expectations

Dalam era modern seperti saat ini, waktu merupakan sesuatu yang bersifat sangat mengikat. Karena keterikatan tersebut, kita memiliki ekspektasi tersendiri akan cara waktu bekerja dan durasi yang dibutukan untuk menyelesaikan tugas tertentu.

Contoh: Jika kita diberikan tugas dengan ekspektasi untuk diselesaikan selama seminggu, maka kita akan menyelesaikan tugas itu dalam seminggu. Lalu jika kita diberikan tugas yang sama namun dengan deadline hingga sebulan, maka kita akan menyelesaikan tugas itu dalam satu bulan.

Penjelasan: Sejatinya, semua manusia adalah procrastinator, atau suka menunda-nunda pekerjaan. Termasuk saya, kamu, teman-teman kamu, ataupun bos kamu. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Makanya sangat penting untuk membuat deadline untuk semua hal yang kamu kerjakan. Dengan begitu, pekerjaanmu menjadi lebih efektif.

Percayalah bahwa kamu pemegang kendali atas dirimu sendiri, dan ekspektasikan hal-hal positif sehingga tercipta sugesti yang juga positif.

Apakah kalian menyadari, bahwa saya baru saja memberikan ekspektasi pada kalian?