Karena ‘Tidak Sempurna’ adalah Kesempurnaan

Dan kesalahan bukanlah akhir dari segalanya

 

Setiap orang di muka bumi ini pasti pernah melakukan kesalahan. Tak terkecuali saya, kamu, mantan pacar kamu, teman-teman kamu, bahkan Nicholas Saputra sekalipun, pasti pernah membuat kesalahan selama masa hidupnya. Tidak ada yang salah dengan hal itu, kok. Justru sangat normal karena memang tidak ada manusia yang sempurna.

Bahkan menurut teori The Pratfall Effect yang dikembangkan oleh Dr. Richard Wiseman, orang yang diakui kompeten akan lebih terlihat menarik dan disukai jika ia membuat kesalahan atau paling tidak mengakui kesalahannya ketimbang orang yang selalu tampil sempurna.

Loh, kenapa begitu ya?

Ternyata, masih berdasarkan hasil studi Dr. Wiseman, hal itu disebabkan karena kita cenderung merasa terintimidasi oleh orang-orang yang selalu tampil sempurna dan jarang sekali membuat kesalahan. Kita akan lebih mudah menerima seseorang yang ‘bisa berbuat salah’ karena hal itu menunjukkan bahwa ia memang manusia biasa (ada faktor kelegaan. Fiuh!), seperti kita, yang tidak luput dari salah. Sehingga kita melihat orang tersebut lebih mudah 'dijangkau'.

Tapi, sebelum kamu merasa besar kepala dan menjadikan teori ini sebagai ‘alasan’ untuk selalu berbuat salah, saya perlu mengingatkan kamu beberapa hal lagi, yaitu:

1. Pastikan bahwa kamu sudah mendapatkan label sebagai orang yang ‘kompeten’. Teori Pratfall Effect hanya berlaku bagi orang-orang yang memang sudah diakui memiliki kapabilitas di mata banyak orang. Jika label yang kamu dapat selama ini justru sebagai orang yang tidak kompeten, maka teori ini tidak akan memberikan efek seperti yang dijelaskan di atas.

2. Kesalahan yang kamu lakukan bukanlah kesalahan besar yang memiliki pengaruh pada hal-hal signifikan. Kalau kamu sering terlambat, tidak pernah mengerjakan tugas, atau selalu ceroboh dalam bertindak, maka ucapkan selamat tinggal pada label ‘kompeten’.

3. Jangan bersembunyi di balik kata-kata ‘manusia tidak ada yang sempurna’ dan merasa bahwa kamu bisa seenaknya melakukan kesalahan dan berharap orang lain dapat memakluminya. Bukannya simpati, tapi malah rasa kesal yang akan kamu dapatkan.

 

Nah, pada akhirnya saya hanya ingin mengatakan bahwa, “It’s okay not to be perfect,” asal kamu sudah berusaha semaksimal mungkin sebelumnya. Sempurna bukan berarti tidak sedikitpun membuat kesalahan, tapi ketika akhirnya terjadi kesalahan, kamu bisa bangkit dan menjadikannya sebagai pelajaran yang berharga.