Kata Paling Mengerikan di Dunia: Cinta

setipedotcom-advice-katapalingmengerikandiduniacinta

Tetapi juga kata paling indah yang pernah ada.

Love is an untamed force. When we try to control it, it destroys us. When we try to imprison it, it enslaves us. When we try to understand it, it leaves us feeling lost and confused”, lalu ditinggalkanlah saya oleh Paulo Coelho, sang motivator hidup yang membuat kita dipaksa berkontemplasi lewat bukunya ‘Alchemist’. Hey, Paulo, mau kemana? Jangan tinggalkan saya dengan pertanyaan besar diatas kepala saya!

“I. Love. You.” 3 kata magis terlontar dari mulut saya karena luapan rasa kasih sayang, lalu saya mempertanyakan pertanyaan saya: “Memang kamu tahu artinya?” 3 kata dalam Bahasa Inggris yang amat sakral. Saya coba mengkomparasi dengan tafsiran Bahasa Indonesia, “Aku cinta kamu?” Tunggu, kenapa harus ada tanda tanya? Padanan kata yang langka saya katakan, yang selama ini saya yakin tahu artinya, ketika saya ucap, malah berakhir dipertanyakan. Ah, mungkin itu hanya permainan pikiran saja. 3 kata ini seringkali menjerumuskan kita pada situasi tak menentu: senang sekaligus sedih, terlihat nyata sekaligus membingungkan, kata yang membuat kita bertahan dan pada saat bersamaan membuat kita ingin kabur. Sungguh membahayakan. Karena saya pun mempertanyakannya, saya memutuskan untuk membongkar misterinya.

Cinta. Sebuah hal yang memiliki kekuatan super, bahkan dapat mengalahkan para superhero (sebut saja superhero yang akhirnya terjebak oleh lika-liku cinta; Superman? Ya. Batman? Ya. Spiderman? Ya.) Cinta adalah hal terkuat yang manusia dapat alami, tetapi ironis karena tak ada yang dapat mendefinisikan artinya secara keseluruhan. Bahkan dalam mitologi Yunani kuno yang membagi cinta dalam beberapa kategori pun tak dapat memberi penjelasan logis akan apa itu cinta. Saya juga menyerah pada kamus karena setiap kamus, yang juga ditulis oleh manusia, gagal membuat saya mengerti. Nicholas Sparks, penulis seri novel ‘cinta’ dalam salah satu bukunya, A Walk To Remember, pernah menenangkan saya dengan pernyataan bijaknya, “Cinta itu seperti angin, tak dapat kita lihat, tetapi dapat kita rasakan.”

Rasa. Dapatkah sebuah rasa dijelaskan dengan logika? Ya, saya wanita yang pada akarnya diselimuti oleh awan emosi dan perasaan, tetapi memilih pindah jalur untuk tahu segala sesuatu di dunia ini harus ada penjelasan secara logika. Saya berusaha untuk netral dan berbagai pertanyaan muncul ke permukaan; apakah cinta itu hanya ungkapan sebuah klise? Atau kultus? Atau sebuah sinyal yang berjalan didalam syaraf manusia? Semakin saya berusaha mencari tahu apa itu cinta, semakin saya terjebak pada enigma. Sang pujangga cinta, Shakespeare, hanya dapat menghela nafas dan melempar saya dengan kalimat, “Love is a smoke and is made with a fume of sighs.” Betapa rumitnya otak manusia ya.

Saya memutuskan tidak ingin bertanya kepada tim manusia yang menggunakan emosi lebih dominan dibandingkan logika karena kesimpulannya akan bias. Saya melalukan riset, dan mendapati sebuah penemuan dari hasil neurobiologis tentang ramuan kimiawi dari cinta. Otak kita diliputi oleh beberapa zat ini yang setelah diakumulasikan dapat menimbulkan rasa yang disebut ‘cinta’ (sains menjawab kebingungan saya):

1. Oxytocin

Peran oxytocin sangat kuat dalam urusan pertalian. Pertalian yang kita rasakan terhadap diri kita, terhadap ibu yang melahirkan kita, terhadap reaksi dari gelombang elektromagnetik antar fungsi otak ketika kita melihat seseorang yang bergerak dalam frekuensi yang sama dengan kita.

2. Dopamine

Terasosiasi pada pusat kenyamanan dalam otak. Yang dapat kita lihat dari betapa bersemangatnya kita dalam melihat, merasa, atau menjalani sesuatu.

3. Sinyal Serotonergic

Rasa yang berefek pada temperatur badan, mood, tidur, seksual, dan lapar & haus.

4. Vasopressin

Bergerak untuk menginisiasi dan memelihara pola interaksi sosial terutama berpengaruh besar pada pertalian pada pasangan atau daya tarik lawan jenis.

 

Lalu saya mengerti cinta dan semua buntutnya. Perpaduan kata ‘I Love You’ adalah bentuk persetujuan akan kombinasi dari perasaan dan pemikiran (keadaan dimana emosi dan logika akhirnya bersahabat). Artinya pun tak akan pernah menjadi hal yang absolut, akan selalu menjadi interpretasi pribadi setiap manusia. Perpaduan kata yang menimbulkan eksplosifnya emosi yang subjektif. Cinta yang kita rasakan untuk kita, akan menjadi pusat dari tata surya, atau hanya akan berupa bumbu hidangan. Tak ada yang salah, dan tak ada yang benar. Kadar kebutuhan akan cinta ditentukan oleh setiap individu. Berhenti mempertanyakan cinta, karena kamu akan gila sendiri dimana hampir semua lagu di dunia didasari oleh rasa cinta, dimana hampir semua film di dunia berskenario cinta. Bahkan ketika kamu menghindari untuk mendengar lagu atau menonton film, ketika seseorang memelukmu, itulah ekspresi cinta. Rasakan saja sebagai stimulus, dan jangan praktekan pada orang lain dahulu, mulailah dari diri sendiri. Pada akhirnya saya tahu satu hal, “I’ve realized that The Beatles got it wrong. Love isn’t all we need- love is all there is.”