'Menelanjangi' Cara Berkomunikasi

Seperti apakah kulit aslimu?

Tenang, jangan langsung panik begitu, dong, setelah membaca kata ‘telanjang’. Hari ini kita akan belajar menelanjangi diri kita sendiri, dengan mempelajari 3 gaya berkomunikasi.

Sudah siap? Belum? Harus siap, ya. (Sedikit pemaksaan bisa berbuah indah, lho).

Ada 3 gaya berkomunikasi yang akan saya bahas di sini, yaitu pasif, agresif, dan asertif.


Si Pasif: You’re Okay, I’m Not

Saskia, seorang perempuan manis yang dipanggil ‘Si Baik Hati yang Pemalu’ oleh teman-temannya. Saskia hampir selalu menghindari eye contact kalau diajak berbicara, dan posisi duduknya cenderung membungkuk. Akan sangat sulit untuk Saskia untuk mempertahankan pendapatnya, karena pada dasarnya, dia selalu merasa bahwa pendapat dan kepentingan orang lain itu lebih penting dari dirinya sendiri. Sering sekali Saskia dikomentari teman-temannya, kalau tangannya sering berkeringat, dan posisinya selalu seperti sedang berdoa…atau gemetaran.

Konsekuensi: Penderitaan yang dalam karena tidak pernah bisa mendahulukan keinginannya sendiri. Saskia akan mudah dimanfaatkan orang, karena sikapnya yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain.


Si Agresif: I’m Okay, You’re Not

Mari berkenalan dengan Sarah, seorang perempuan yang agak disegani teman-temannya, karena tingkah lakunya yang cenderung mendominisasi. Sarah selalu duduk tegak—terlalu tegak malah, dengan tangan di pinggul, atau jari telunjuk yang akan menunjuk lawan bicaranya. Berbeda dengan Saskia, Sarah tidak akan menunduk dan cenderung menatap si lawan bicaranya, dengan sikap menantang. Ketika berdebat, Sarah akan sangat berapi-api dalam mempertahankan pendapatnya, karena Sarah percaya bahwa dia yang paling benar. Kata ‘Kompromi’ dan ‘Toleransi’ tidak ada di dalam kamus Sarah.

Konsekuensi: Tinggal sendirian di apartemen ditemani 10 kucing karena tidak ada manusia yang tahan…oke, saya bercanda. Konsekuensi untuk Sarah adalah akan memiliki banyak musuh, terjebak di dunia yang penuh kemarahan dan energi negatif.


Si Asertif: I’m Okay, You're Okay

Leila, adalah sosok yang dikagumi banyak orang. Bukan hanya karena dia cantik dan ramah, namun karena caranya berkomunikasi. Leila sangat open-minded dan tidak pernah membuat lawan bicaranya merasa direndahkan. Semua dikarenakan kepercayaan Leila bahwa setiap manusia mempunyai keunikan dan perbedaan, yang seharusnya dihargai dan dipelajari, bukannya ditentang atau dihindari. Sangat menyenangkan berkomunikasi dengan Leila, karena gesturnya yang sangat ramah dan terbuka, tidak mengancam, namun Leila juga tegas dan memiliki prinsipnya sendiri.

Konsekuensi: Leila akan ditaksir banyak orang karena sikapnya yang menyenangkan. Apa? Oh, itu bukan konsekuensi, ya? Baiklah, konsekuensi untuk Leila adalah terkadang sisi asertifnya akan ditangkap sebagai sikap kurang tegas, karena kecenderungannya untuk terus berusaha menemukan titik tengah dari semua hal.


Setelah mengenal Saskia, Sarah dan Leila, mari kita simak contoh berikut. (Hanya agar memastikan kita semua benar-benar bisa mengetahui perbedaan dari ketiga gaya berkomunikasi di atas.

Kasus #1:

Temanmu menelepon jam 6 pagi di hari Minggu, dan kamu masih sangat mengantuk karena baru tidur jam 4 pagi. Ternyata, ia ingin bercerita tentang kisah cintanya yang sedang membingungkan. Pembicaraan dimulai dengan, “Hey, masih tidur, ya? Gue ganggu nggak? Mau cerita tentang si (nama gebetan) nih…”

Si Pasif: “Hey, udah bangun, kok. Nggak ganggu sama sekali. Ayo cerita, gue siap dengerin.”

Si Agresif: “Lo tau nggak sih ini baru jam 6 pagi? Emang nggak bisa nunggu sampai siangan dikit?”

Si Asertif: “Halo, iya nih, gue baru tidur jam 4 pagi. Are you okay? Kalau gue telepon lo agak siangan boleh, nggak? Mau lanjutin tidur dulu, biar nanti udah segar dan bisa konsen denger cerita lo.”


Memang sangat mudah untuk kesal kalau dibangunkan pagi-pagi untuk urusan yang tidak darurat. Tetapi dari contoh di atas, kita bisa lihat bahwa:

  • Si Pasif mendahulukan kepentingan temannya, biarpun urusannya tidak darurat
  • Si Agresif ‘menyerang’ si ‘weker kepagian’ yang membangunkannya untuk urusan yang dianggapnya tidak penting
  • Si Asertif berusaha untuk bertemu di titik tengah, di mana dia tidak mengorbankan dirinya, namun juga tidak membuat si penelepon merasa tersinggung dan tidak penting

 

Jadi…siapakah kamu? Saskia, Sarah atau Leila?