Sebuah Perjalanan Berjudul "Jatuh Cinta"

setipedotcom-advice-marshahabib-sebuah-perjalanan-berjudul-jatuh-cinta

Two people’s first glance could be the start of forever.”

 

 

Di hari Senin yang terlihat baik-baik saja ini, saya akan sedikit bercerita tentang jatuh cinta. Kalau kata Titiek Puspa, jatuh cinta itu berjuta rasanya. Tetapi apakah berjuta caranya juga? Apakah semua orang akan jatuh cinta pada pandangan pertama, atau setelah sekian lama saling mengenal?

Ya, saya tahu, mungkin ada di antara kalian yang menjawab, “Semua tergantung situasi dan orangnya juga.” Memang, tetapi yang manakah yang terjadi kepada kalian? 

Teman saya yang bernama Rio, contohnya, adalah seorang yang mengaku pernah menganut aliran love at first sight. Sering kali Rio terlibat dengan perempuan yang diakuinya sudah menarik hatinya dari awal. “Buat gue, fisik itu nomer satu. Kalau gue nggak tertarik secara fisik ya, nggak akan kemana-mana.”

Memang jarang sekali melihat Rio berkencan dengan perempuan yang tidak setipe; semuanya pasti tinggi, langsing, berambut panjang, berkulit putih, wajah agak oriental, dan selalu bergaya feminin. Kasus Rio ini lumrah terjadi. Ada yang memiliki tipe spesifik mengenai penampilan fisik seseorang, hingga akhirnya faktor-faktor lain (kepribadian, obrolan, dll) akan dianggap sebagai bonus.

Sampai akhirnya, kepercayaannya itu diuji tanpa ampun oleh kejadian tidak terduga. Rio bercerita tentang proses pertemuannya dengan calon istrinya yang sekarang, Putri. Putri adalah teman dari sahabat Rio, yang berambut pendek, bertubuh agak gemuk dan selalu memilih untuk mengenakan celana jins di setiap situasi yang memungkinkan: sama sekali bukan tipe Rio. Namun, Rio mengaku, ketika beberapa kali mengobrol, ada kenyamanan yang tidak familiar. 

“Oke, penampilan fisiknya itu sama sekali bukan tipe gue. Tapi, Putri bisa bikin gue merasa nyaman untuk terbuka. Mungkin memang prosesnya sih ya yang penting.”

Christian Sugiono pun mengaku lebih percaya dengan proses jatuh cinta, karena merasa bahwa ada banyak sekali faktor yang bisa membuat rancu cinta pandangan pertama. Efek baju yang saat itu sedang dikenakan, berapa gelas alkohol yang sudah diminum, dan situasi hati saat itu, bisa menjadi faktor yang ‘menipu’. Oleh karena itu lah, perasaan yang dikira cinta bisa langsung luntur di pertemuan kedua atau ketiga.

Teman saya, Lalita, adalah seorang yang selalu merasa perlu untuk mengenal seseorang lebih jauh sebelum akhirnya membuka diri dan jatuh cinta. “Menurut gue, tak kenal maka tak sayang. Gimana caranya bisa jatuh cinta sama orang yang baru pertama kali kita lihat? Kok rasanya superficial banget, ya? Kalau ngobrolnya nggak nyambung gimana?”

Hmm…tapi apakah ada cara yang tepat untuk jatuh cinta?

Saya percaya, setiap manusia memiliki kisah hidup yang unik. Hanya karena hal A tidak terjadi kepada kita dan orang-orang sekitar, bukan berarti A itu tidak akan mungkin terjadi. Sama halnya dengan jatuh cinta. Ketika jantung kita berdebar lebih kencang dari biasanya di saat melihat seseorang untuk pertama kalinya, apakah itu memang sudah pasti love at first sight? Bisakah itu like atau lust at first sight?

Mungkinkah love at first sight itu adalah sebuah ilusi yang diciptakan oleh mereka yang sudah tidak sabar untuk jatuh cinta, para pendamba cinta instan? Mungkinkah yang sebenarnya dirasakan adalah naksir, dan bukan jatuh cinta?

Ataukah mungkin untuk langsung jatuh cinta dengan orang ketika pertama kali bertemu? Saya yakin juga mungkin.

Audrey Anjani memberikan pendapatnya, “I believe in love at first sight; something or someone needs to have something electrifying that gets you, before you start having faith in them. Going through the process itself means you already have faith in falling in love, it’s just the matter of how big or little your faith is.”

Jawaban ini dilanjutkan oleh Petra ‘Jebraw’, yang berkata, “Kapan dan di mananya kita jatuh cinta itu tidak sepenting proses selanjutnya, yaitu to stay in love.”

Benar. Tidak ada yang pernah tahu kapan dan di mana tepatnya kita akan jatuh cinta. Bisa saja kita jatuh cinta pada pandangan pertama, atau setelah sudah lama saling mengenal. Jatuh, ya jatuh; mau kapan, di mana pun, dan dengan siapa pun itu. Tetapi, yang paling penting adalah untuk menyadari bahwa hanya karena kita sudah jatuh cinta, bukan berarti perjalanan ke depan akan selalu mulus dan tidak menantang. 

Ibaratnya kalau traveling, jatuh cinta adalah ketika kita baru sampai di sebuah kota asing yang belum pernah kita kunjungi, tanpa mengenal satu orang pun untuk membantu kita. Suatu awal dari petualangan yang memiliki banyak kemungkinan sebagai akhirnya.

Jadi, sudah siapkah kamu untuk jatuh cinta…dan bertahan bersama di dalamnya?

 

Terima kasih untuk @christiansugiono, @berjebraw, @odayski, Lalita, dan Rio atas kesediaannya berbagi 'rasa cinta'.