She Never Said She’s Fat


Dari mata turun ke ekspektasi

 

Minggu ini, saya akan menceritakan beberapa pengalaman online daters. Sama seperti hampir semua hal di dunia ini, online dating pun tidak bebas dari resiko dan kejadian-kejadian yang mengagetkan.

 

Kamu tahu, kan, ketika kita pertama berkenalan dengan seseorang via online dating site, kita tidak bisa melihat penampilan fisik dia sampai bertemu. Ya, foto bisa menipu. Intinya, kalau mata kita belum melihat langsung, dia bisa menjadi siapa saja; laki-laki yang mengaku sebagai perempuan, anak kucing yang sangat lucu, atau seorang setengah baya yang mengaku masih 17 tahun. Intinya, sering kali ekspektasi tidak sesuai dengan realita.

Nah, sekarang, mari berkenalan dengan Bagas (tentu saja bukan nama sebenarnya). Bagas adalah seseorang yang cukup sering berkenalan dengan orang baru lewat online dating. Ketika ditanya apa tujuannya, Bagas mengaku mencari seseorang untuk casual dates saja, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk berkomitmen bila memang ternyata di tengah jalan mereka merasa cocok dan siap.

Jadi, Bagas berkenalan dengan seorang perempuan melalui salah satu online dating site. Setelah berbasa-basi beberapa kali, Bagas mulai tertarik untuk mengenal (sebut saja) Ala lebih jauh. Mereka akhirnya bertukar nomor telepon dan mulai mengobrol lewat WhatsApp. Obrolan mereka seru dan menyenangkan, mereka bisa berbicara tentang apa saja; dari mulai film sampai kualitas seperti apa yang dicari dari pasangan. Bagas bercerita kalau yang dia cari adalah perempuan bertubuh mungil yang enak diajak mengobrol dan senang traveling.

Setelah dua minggu mengobrol, Bagas pun mengajak bertemu. Ala selalu menolak, dan bilang kalau dia sedang sibuk. Jadi Bagas pun menunggu dengan sabar.

Kalau dilihat dari profile picture-nya di Facebook, Ala terlihat manis. Wajahnya tirus dan rambutnya panjang. Bagas pun semakin penasaran dan ingin bertemu. Pernah, suatu ketika, Bagas menanyakan apa alasan Ala sampai dia tidak ingin bertemu. Ala hanya menjawab, “Nanti juga kamu mengerti.”

Misterius, tetapi tidak masuk akal.

Bagas berasumsi bahwa ketika ada perempuan yang selalu menolak untuk bertemu langsung, itu pasti karena si perempuan tidak berpenampilan menarik. (Jangan salahkan saya, itu Bagas lho yang ngomong). Tetapi Ala berwajah manis, mengapa Ala tidak mau bertemu? Setelah dua bulan penuh dengan rasa penasaran, akhirnya Bagas memutuskan untuk mengajak Ala pergi lagi, dan kali ini dia tidak mau menerima alasan apa pun. Ya, Bagas cukup tegas (baca: ngebet).

Akhirnya, Ala setuju untuk bertemu. Tak sabar, Bagas menunggu hari itu tiba. Bagas sampai duluan, dan ketika Ala memasuki restoran, Bagas akhirnya mengerti arti dari “Nanti juga kamu mengerti” yang dikatakan Ala. Ala tidak bertubuh mungil sama sekali. Tubuhnya sangat gemuk. Mungkin memang terdengar ‘kasar’ atau ‘dangkal’, tetapi Bagas tidak suka dengan perempuan bertubuh gemuk. Tipenya adalah yang mungil. Mungil. Tetapi, karena Bagas dididik dengan baik oleh orang tuanya, dia tetap stay di restoran itu untuk mengobrol dengan Ala.

Karena mereka sudah sering mengobrol sebelumnya, tidak ada awkward moment di situ. Sampai akhirnya Ala mencetuskan pertanyaan yang luar biasa, “Kamu mengerti kan sekarang, kenapa aku nggak mau ketemu? Aku bukan tipe kamu sama sekali, badanku kan nggak mungil.”

Bagas mengaku belum pernah se-speechless itu. Mana pernah ada perempuan yang sejujur itu dengannya? Bagas pun hanya bisa tersenyum sambil menyembunyikan bibirnya di balik gelas kopi yang sebenarnya sudah kosong itu.

Hari yang mengejutkan itu akhirnya berakhir. Bagas juga tidak ‘hilang kasus’ sejak pertemuan pertama itu. Tetapi, karena ini adalah kehidupan nyata, dan bukan film komedi romantis, hasil dari kencan pertama itu juga tidak berujung kemana-mana. Bagas mengaku senang dengan kepribadian Ala, namun dia juga tidak bisa menyangkal fakta bahwa dia tidak ingin berhubungan lebih jauh karena penampilan fisik Ala.

“Gue senang sama Ala. Orangnya sangat menyenangkan. Tapi, gue lagi di dalam fase di mana gue hanya ingin menjalani casual dates, bukan committed relationship. Untuk casual dates, penampilan fisik si perempuan harus sesuai dengan tipe gue.”

 

Jadi, apa pelajaran dari cerita hari ini? Bukan, kalian para pria tidak boleh terus bertanya, “Apakah kamu gendut?” ke setiap perempuan yang ditemui di online dating site. Tetapi, kita harus membuka mata dan menyadari kalau bisa saja siapapun yang kita temui, tidak akan sesuai dengan ekspektasi kita. Masing-masing pun memiliki tipe yang berbeda soal calon pasangan. Ada yang memang tidak terlalu mementingkan penampilan fisik, tetapi banyak juga yang iya. Apa yang Bagas ungkapkan mungkin terdengar ‘dangkal’ dan kurang menyenangkan, tetapi itu adalah kenyataan yang terjadi. At least, Bagas cukup mengenal dirinya sendiri untuk tahu apa yang tidak dia inginkan.

 

If you don’t know what you want, at least find out what you don’t want.