#DetektifSETIPE : Ramuan Percaya Diri


Buang jauh-jauh kata 'terpuruk' dari kamus hidup

 

Dalam kurun waktu satu minggu penuh, SETIPE.COM akan berperan sebagai detektif (anggap saja ini adalah Sherlock Holmes yang sedang mencoba menyelediki kasus percintaan, karena bosan dengan kasus kriminal) karena banyaknya kasus yang belum dipecahkan oleh kalian semua. Banyak yang menganggap, hanya karena kasus percintaan itu berhubungan dengan perasaan, akal sehat perlu ditinggalkan. Salah total. Ingat, usia kita berjalan terus, dan sudah tidak sepantasnya kita berperilaku seperti anak-anak yang baru puber. Mari kita melatih logika untuk bekerja sama dengan perasaan. Bergeraklah dengan matang.

Disclaimer: Detektif hanya bertugas untuk menyelidiki dan memberikan pilihan solusi. Ingat, saya bukan Tuhan atau dewi cinta. Kelanjutan dari hubunganmu itu tergantung oleh restu Tuhan dan usaha dari kalian berdua.

 

Kasus kali ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata (walaupun dituliskan dengan sedikit sentuhan hiperbola). Kasus yang sering kali menyerang para laki-laki di luar sana yang takut untuk mendekati perempuan yang (belum tentu) derajatnya lebih tinggi daripada dirinya. Ketakutan tersebut berasal dari rasa percaya diri yang terlanjur dilahap oleh rasa minder terhadap diri sendiri. Tidak seharusnya para lelaki ini minder, berbagai penelitian saja menunjukkan bahwa laki-laki memiliki kepercayaan diri lebih tinggi di banding perempuan, kok!

 

Kasus #7 > Pelaku: Kamu dan X (Nama alias: Vanessa) 

Kasus:

Kamu sudah hampir 2 bulan ini memperhatikan Vanessa, seorang wanita yang merupakan teman dari temanmu yang waktu itu memperkenalkan kamu dengannya di sebuah acara. Sejak pertama kamu berkenalan dengan Vanessa, kamu langsung tertarik dengan sifatnya yang ramah, cara bicaranya yang dewasa, dan pembawaannya yang anggun. Kamu pun langsung berburu sosial medianya, dan mulai melihat satu demi satu foto dan momennya, hampir setiap hari sejak saat itu.

Tapi kamu tidak berani mengontaknya sekalipun, apalagi mengajaknya kencan.

Usut punya usut, bisnis kamu 3 bulan ini sedang mengalami penurunan, sehingga membuat kondisi keuanganmu tidak sestabil dulu lagi. Masalah ini saja cukup membuat kamu stress, ditambah lagi kegalauanmu tentang Vanessa. Vanessa, yang dari hasil pengamatanmu di dunia maya, adalah cucu dari seorang public figure yang senang bergaul bersama teman-temannya di tempat-tempat hits ibu kota. Vanessa, yang rasanya ingin sekali kamu mendekatinya, namun kamu–yang belum sedikitpun berusaha–sudah merasa kondisimu bisa digambarkan oleh sebuah peribahasa: bagai pungguk merindukan bulan. Kamu merasa tidak pantas karena berbagai kekuranganmu. Kamu terpuruk. Terpuruk oleh pemikiranmu sendiri.

 

Analisa:

Di balik keterpurukanmu, kamu sebenarnya tahu bahwa permasalahan ini datang dari satu alasan, yaitu rasa minder. Akar permasalahannya bukan dari bisnismu yang sedang menurun, ataupun ketidakmampuanmu mendekati wanita, namun seberapa kamu percaya terhadap kemampuan diri sendiri. Coba lihat lagi, sebagian besar kekalutanmu ini bahkan bukan mengenai usahamu mengembalikan stabilitas keuanganmu, namun lebih banyak diliputi oleh kekecewaan terhadap diri sendiri yang merasa tidak akan bisa mendekati Vanessa. Keminderan yang kamu rasakan ini, berasal dari pikiran-pikiran negatif yang akhirnya menghambat energi yang seharusnya bisa membuatmu melangkah maju untuk mengejar berbagai pencapaian dalam hidupmu, termasuk mengejar Vanessa (atau perempuan lainnya?).

 

Solusi (pilihan ganda):

1. Berpikir kreatif sebelum berperang

Pemikiran kemarin: “Gue kan gini-gini aja, cuma laki-laki biasa. Mau ngajak makan juga kantong pas-pasan. Ya, mau bagaimana lagi?”

Coba sedikit berpikir ‘out of the box’ dan keluarlah dari pemikiran bahwa kencan pertama itu harus duduk makan di restoran mahal. Cari kegiatan lain yang mungkin bisa kamu lakukan tanpa harus merogoh kantong terlalu dalam. Misalnya, jogging bareng, hunting foto di tempat-tempat bersejarah, dan sebagainya. Kombinasikan hobinya, hobimu, dan juga kelebihan yang kamu punya.

Pemikiran besok: “Gue emang laki-laki biasa dengan penghasilan pas-pasan. Tapi gue banyak akal.”

 

2. Standar itu kamu yang tentukan sendiri

Pemikiran kemarin: “Mana mungkin dia mau sama gue? Lebih banyak laki-laki lain di dunia ini yang lebih pinter, ganteng, dan tajir daripada gue.”

Menurut kamu, apa yang perempuan lihat dari seorang laki-laki yang sedang mendekatinya? Harta? Kesuksesan? Ketampanan? Ya, mungkin sebagian perempuan melihat itu dari laki-laki. Sekali lagi, sebagian perempuan. Mungkin Vanessa adalah tipe perempuan itu, tapi mungkin juga tidak. Kalau ternyata iya, mungkin saatnya kamu mencari perempuan yang bisa memahami kondisimu saat ini dan bisa mendorongmu untuk maju. Tapi bukan berarti kamu tidak melakukan usaha apapun, lho! 

Pemikiran besok: “Kalau dia nggak mau sama gue, bukan berarti gue nggak bisa dapetin cinta sejati gue. Apalagi gue punya modal yang nggak dipunyai kebanyakan laki-laki masa kini: kesetiaan.”

 

3. Mundur selangkah, dan berkacalah

Pemikiran kemarin: “Permasalahan hidup gue terlalu banyak dan sulit. Pasti itu yang membuat perempuan gak ada yang mau sama gue.”

Mungkin saat ini belum merupakan waktu yang tepat bagi kamu untuk mendekati Vanessa maupun wanita lain sekalipun, melainkan mendekati dirimu sendiri. Kamu mungkin perlu mengenali situasimu saat ini, apa yang sedang benar-benar kamu butuhkan, dan apa yang perlu kamu lakukan selanjutnya. Langkah pertama adalah melihat kembali apakah ekspektasi yang kamu pasang sudah sesuai dengan realita yang ada. Namun, hati-hati dengan kecenderungan salah menilai realita menjadi tidak akurat. Misalnya, jika kamu berpikir bahwa semua orang tidak menyukaimu ketika kamu mendapatkan sebuah penolakan, maka kamu sudah melakukan penilaian yang salah. Bukan berarti ketika kamu ditolak oleh satu dua orang, semua orang tidak menyukaimu, bukan? Mungkin kamu saja yang belum menyadari bahwa di luar sana banyak orang yang menganggap dirimu berharga.

Pemikiran besok: “Sekarang gue memang masih single. Tapi single yang direncanakan. Gue memprioritaskan untuk menyelesaikan semua permasalahan hidup gue satu demi satu dahulu. Setelah itu, semua orang bisa melihat kalau gue adalah pekerja keras dan bukanlah pribadi yang mudah menyerah.”

 

Intinya, terpuruk, meringkuk, dan menutup diri itu bukan solusi. Selalu ada hal baik dari diri setiap orang, termasuk kamu. Hanya saja, kamu belum bisa melihatnya dan belum mau mengusahakannya. It’s all in your mind, and you can change it! Sekarang, berani menerima tantangan untuk terus maju dengan segala kelebihan yang kamu miliki?